الْحَمْدُ ِللهِ الذي تفرد بالكبر والعَظَمة. ومن نازعه في شيئ منهما قَصَمَه. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فيما نَقَضَه وأبْرَمَه. وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى اجتباه فأكرمه. اللَّهُمَّ فصَلِّ وَسَلِّمْ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المبعوث بين يدي الساعة. وصاحب الحوض والشفاعة. وأفضلِ من دعا إلى الخير أتباعَه. فله السمع والطاعة.  صلى الله وسلم على سَيِّدِنَا محمد وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وأهل السنة والجماعة. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Diantara sifat-sifat manusia yang amat tercela dan menjadi penyakit hati yang sangat membahayakan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, adalah sifat hasud, iri hati. Hasud atau iri hati ini artinya ingin serta mengahrapkan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain. Karena merasa tidak suka orang lain mendapat kesenangan dan kenikmatan, bahkan kalau bisa kenikmatan itu berpindah ketangannya. Hasud atau sifat iri hati ini sangat di benci dan dimurka Allah SWT, karena akan melahirkan perilaku ghibah yakni rajin membicarakan dan membeberkan aib orang lain. Menyebabkan fitnah yang keji meskipun tanpa bukti. Sejarah membuktikan bahwa awal mula terjadinya pembunuhan di muka bumi ini adalah peristiwa Qobil dan Habil, lantaran bermula dari sifat hasud. Iblis di laknat, lantaran hasud atau iri terhadap Nabi Adam AS.

Oleh karena itu, sifat hasud ini merupakan penyakit hati yang dapat merusak ibadah seseorang, melebur amal kebaikannya dan bisa mendatangkan perilaku kejahatan. Rosululloh bersabda :

 

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

“Hindarilah olehmu sifat hasud atau iri hati, karena hasud itu bisa

menghilangkan pahala kebaikan, seperti api memakan kayu baker”.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Imam Al Ghozali dalam kitabnya Minhajul Abidin menyatakan bahwa: untuk melawan dan menghilangkan sifat hasud ini kita harus memiliki sifat nasihah lil-kholqi yakni suatu sifat yang mencerminkan kecintaan dan kesetiaan terhadap sesama makhluk. Ikut bersyukur dan senang apabila orang lain mendapat kesenangan dan kenikmatan. Atau sebaliknya, ikut sedih dan prihatin bila orang lain mendapatkan musibah atau kesusahan. Sebagai bentuk pengamalan

 

يُحِبُّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Mencintai Saudara seperti mencintai dirinya sendiri”.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Di saat Rosululloh sedang duduk-duduk di Serambi masjid bersama para Sahabat-sahabatnya, waktu itu datanglah seseorang yang sedang berjalan menuju ke arah Nabi. Lalu Nabi bersabda: Wahai sahabatku, sebentar lagi kita akan kedatangan seorang yang benar-benar ahli syurga. Para Sahabat bingung dan heran, sebab yang ditunjuk Beliau sebagai ahli syurga, adalah orang yang ternyata amal ibadahnya biasa-biasa saja, tak ada ke istimewaan apapun. Untuk menghilangkan keheranan para sahabat lalu Rosululloh menjelaskan bahwa: “Orang tersebut mempunyai sifat khusus: yaitu ikut merasa senang bila orang lain mendapat kenikmatan, dan ikut sedih bahkan sampai menangis bila melihat orang yang tertimpa musibah atau kesusahan”.

Dengan penjelasan ini, maka para sahabatpun mengerti, bahwa orang tersebut mempunyai sifat seperti salah satu sifat khas-Nya Rosululloh SAW. Karena Rosululloh sendiri, bila melihat para sahabatnya mendapatkan kegembiraan atau kenikmatan, Beliau ikut bersyukur dan mendo’akan kebenarannya. Dan bila diantara mereka ada yang terkena musibah atau bencana, Beliau Rosululloh ikut bersedih. Bahkan seringkali Beliau tidak tahan membendung air matanya hingga menangis. Padahal apabila Beliau sendiri yang tertimpa musibah yang bahkan lebih berat lagi, Beliau tetap tabah, tak pernah mengeluh apalagi membebani sahabat-sahabatnya.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Demikianlah, salah satu sifat kemuliaan Rosululloh yang tidak hanya mementingkan diri pribadinya sendiri, tetapi senantiasa menyayangi dan memperhatikan umatnya.

Akhirnya mudah-mudahan kita semua senantiasa mendapat bimbingan rahmat, taufiq dan hidayahnya, hingga kita selamat di dunia dan bahagia di akhirat kelak, Amin.

 

أًعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. مَنْ عَمَلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِنِّى رَبَّكُمْ تُرْجَعُوْنَ. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah ini ditulis oleh : 
USTADZ M. CHAIDAR HASAN (Ketua MWC NU Bojong Kab. Pekalongan)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama