الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى شَرَّفَ
الْمُؤْمِنِيْنَ بِتَشْرِيْفِ نُوْرِ الإِيْمَانِ. وَعَدَهُمْ بِدُخُوْلِ دَارِ
الْجِنَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
الْمُنْعِمُ الْمنَّانُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَآفَّةِ الإِنْسِ وَالْجَانِّ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى هَذَا النَّبِى الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
أَشْرَفِ وَلَدِ عَدْنَانَ. وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِى السِّيَادَةِ وَالْعِرْفَانِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ
Setiap diri kita tentu menginginkan menjadi seorang
muslim yang nilai keimanannya diakui oleh Allah SWT. Bahkan lebih dari itu,
kita semua juga sangat berkeinginan mendapatkan derajat yang tinggi disisi
Allah SWT. Dan untuk mencapai semua itu, marilah kita renungkan salah satu
firman Allah dalam Al Qur’an
الذين ءامنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله
بأموالهم وأنفسهم أعظمُ درجة عند الله. وأولئك هم الفائزون
“Orang-orang yang beriman, berhijroh dan berjihad
di jalan Allah baik dengan harta maupun jiwanya, mereka itu lebih tinggi derajatnya disisi Allah dan merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan”.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ
Ayat tadi menerangkan
dengan jelas bahwa apabila kita menginginkan derajat yang lebih tinggi disisi
Allah, maka sekurang-kurangnya ada tiga hal yang harus kita miliki yaitu:
Pertama
: Memiliki keimanan yang benar dan
sungguh-sungguh, artinya keimanannya harus teguh dan kuat membaja. Keimanannya merupakan
harga mati, yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Ibarat kata: “Badan boleh saja
hancur binasa, tapi keimanan harus tetap terpateri dalam jiwa”. Modal dasar
keimanan seperti ini harus kita miliki, sebab tidak sedikit orang yang mengaku
dirinya beriman, tapi eksistensi keimananya belum atau bahkan tidak diakui oleh
Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an
ومن الناس من يقول ءامن بالله وباليوم الآخر
وماهم بمؤمنين.
“Diantara manusia, ada orang-orang yang mengatakan kami beriman kepada Allah dan hari Akhir, padahal mereka bukanlah orang –orang yang beriman”.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ
Kedua : Berhijroh, yakni melakukan hijroh dalam pengertian meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah dan Rosul-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam suatu hadits.
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ مَا نَهَى اللهُ
عَنْهُ
"Orang
yang hijroh adalah orang-orang yang meninggalkan apap-apa yang dilarang Allah".
Iman dan hijroh ini
sangat erat sekali kaitannya. Bila seseorang ingin dikatakan sebagai orang yang
benar-benar keimanannya, maka ia harus meninggalkan hal-hal yang haram dan
batil, kepada hal-hal halal dan haq. Meninggalkan yang buruk dan mafsadat,
kepada hal-hal yang baik dan maslahat.
Ketiga : Berjihad
di jalan Allah artinya berjuang menegakkan nilai-nilai ajaran Islam dalam
kehidupan pribadinya maupun dalam bermasyarakat. Untuk berjuang seorang muslim
harus terlebih dahulu berjihad terhadap dirinya sendiri dalam arti jihad
melawan hawa nafsunya.
Rosululloh bersabda:
الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِى
طَاعَةِ اللهِ وَالرَّسُوْلِ
"Orang yang berjihad adalah orang yang menundukkan hawa nafsunya untuk mentaati Allah dan Rosul-Nya".
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ
Berjihad atau berjuang melawan hawa nafsu lebih sulit dari pada berjuang melawan musuh yang nyata yang tangguh sekalipun. Oleh sebab itu, berjihad melawan hawa nafsu dikatakan jihadul Akbar atau perjuangan besar. Seseorang tidak akan berhasil memenangkan jihad melawan musuh yang nyata, bilamana tidak bisa mengalahkan hawa nafsunya lebih dahulu. Yang jelas, jihad adalah merupakan puncak amaliah Islam, yang dalam pelaksanaannya membutuhkan pegorbanan, baik harta maupun jiwa sekalipun.
Demikianlah,
mudah-mudahan rahmat Allah senantiasa menaungi hidup kita, hingga kita
berbahagia Fiddini Wad-Dunya Wal Akhiroh. Amin.
أًعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ. ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah ini ditulis oleh
USTADZ M. CHAIDAR HASAN (Ketua MWC NU Bojong Kab. Pekalongan)
BACA JUGA KHUTBAH JUMAT LAINNYA :
Posting Komentar