TAQWA KEPADA ALLAH

 

الْحَمْدُ ِللهِ الخالق البارىء المصوِّر العزيز الحكيم. ونشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ يسبح له ما في السموات والأرض وهو العزيز الحكيم. وَنشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المبعوث بالتوحيد والمكارم. اللَّهُمَّ فصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خير بني هاشم. وَعَلَى آلِهِ وَصْحبِهِ الأكارم. وعلى التابعين لهم بإحسان من الأعارب والأعاجم. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Dengan fondasi taqwa marilah kita tingkatkan kembali semangat ukhuwah Islamiyyah dengan tidak sekali-kali memandang suku, ras, warna kulit, pangkat, jabatan, kedudukan atau corak-corak keduniaan lainnya. Dengan Ukhuwah Islamiyyah ini akan terwujudlah ruh Mahabbah atau semangat saling cinta mencintai, sayang menyayangi, kasih mengasihi diantara sesama kita umat Islam. Sehingga terciptalah persatuan dan kesatuan umat Islam yang merupakan pilar Quwwatul Islam atau kekuatan Islam yang tempo dulu sangat ditakuti oleh musuh-musuh Islam.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Persatuan umat tidak akan tumbuh dan berkembang atau bahkan tidak akan terwujud tanpa didasari rasa persaudaraan. Dengan rasa persaudaraan dan persahabatan yang kokoh, akrab dan intim akan lahirlah ruh Mahabbah atau jiwa cinta mencintai, saling asah dan saling sauh. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman untuk tujuan persatuan ini dengan menggunakan kata-kata Ikhwah atau persaudaraan lebih dulu. Sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an surat Al Hujurot ayat 10

إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم. واتقوا الله لعلكم ترحمون

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

 

Rosululloh SAW juga bersabda

 

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Orang Islam adalah saudara bagi orang Islam lainnya, oleh karena itu tida boleh saling berbuat Dzolim, tidak boleh saling merendahkan dan tidak boleh saling menghina. Tidak beriman sempurna seseorang diantaramu, hingga ia mencintai Saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Bertitik tolak dari ayat Al Qur’an dan hadits diatas. Maka jika umat Islam menginginkan agar persatuan dan kesatuan seagama tetap terbina, maka tiap-tiap pribadi manusia muslim harus dengan ikhlas dan sadar bahwa semua umat Islam adalah bersaudara, sehingga mereka dianggap satu keluarga besar. Dan realitanya seorang muslim akan bergembira lantaran kegembiraan saudaranya sesama muslim. Dan akan bersedih hati lantaran kesedihan Saudaranya sesama muslim, memberi bantuan manakala Saudaranya membutuhkan, memberi petunjuk manakala Saudaranya dalam keadaan lemah, memperlakukan dengan baik, sebagaimana ia pun ingin diperlakukan dengan baik. Saling memperbaiki dan memperingatkan tentang hal-hal yang akan menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Ibarat pribahasa : “Ke gunung sama-sama mendaki, Ke lembah sama-sama menurun, Tenggelam sama-sama basah, Berjalan sama-sama seiring, Berbaris sama-sama merapat, ke depan sama-sama maju”. Jadi persatuan dan persaudaraan kita adalah persatuan lahir dan batin berdasarkan persamaan aqidah bukan seperti persatuan orang-orang munafiq yang lahiriyyahnya kelihatan bersatu tapi batinnya kosong dari rasa persaudaraan apalagi rasa cinta.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Persaudaran sesama muslim harus tertanam kuat tidak hanya waktu hidup di dunia saja. Bahkan setelah Saudaranya meninggal dunia pun masih juga ada ikatan batin yang kuat. Dalam Al Qur’an Allah SWT sangat memuji orang-orang yang mau memohonkan ampunan kepada Saudaranya yang telah meninggal dunia. Sebagaiman termaktub dalam Al Qur’an surat Al Hasyr ayat 10

 

والذين جاءوا من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقون بالإيمان

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami.

 

Akhirnya mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sekalian hingga kita selamat di dunia dan bahagia di akhirat.

 

أًعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهِ. إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah ini ditulis oleh 
USTADZ M. CHAIDAR HASAN (Ketua MWC NU Bojong Kab. Pekalongan) 

BACA JUGA KHUTBAH JUM'AT LAINNYA :

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama