ARAH HIDUP MANUSIA

الْحَمْدُ ِللهِ الذي لا يدوم غيره ولا يرجى إلا خيرُه. ولا يخشى إلا ضيرُه. نشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَنشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ فصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ البليغ وعظه. الفصيح لفظه. وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Marilah dalam kesempatan mulia ini, kita mengingat kembali bahwa tujuan hidup kita semua kaum muslimin adalah semata-mata hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan abadi di akhirat kelak.

Allah SWT berfirman dalam surat Adz-Dzariyat 56

 

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

”Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.

 

Dari ayat tadi jelas sekali bahwa tujuan Allah menciptakan kita adalah agar kita beribadah dan mengabdi kepada-Nya, bukan untuk yang lain. Bukan untuk sekedar makan dan tidur, bukan untuk berfoya-foya atau bersenang-senang dan bukan pula untuk sekedar pengisi dunia ini. Akan tetapi sekali lagi bahwa kita semua hidup di dunia ini mengemban tugas ke kholifahan yang harus kita pertanggung jawabkan, manakala kita telah kembali kepada-Nya. Dalam Al Qur’an surat Yunus 14 Allah berfirman

 

ثم جعلناكم خلائف في الأرض من بعدهم لننظر كيف تعلمون

”Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat”.

 

Firman Allah surat Al Mu’minun 115

 

أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا وأنكم إلينا لا ترجعون

“Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara

main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Sungguh amat keliru bilamana kita menjadikan kesenangan dan kemewahan dunia ini sebagai tujuan hidup yang mesti kita buru. Jika sikap kita demikian, maka kita semua akan kehilangan tujuan hidup yang sebenarnya. Bila seseorang telah menganggap kesenangan dan kemewahan dunia ini sebagai tujuan hidupnya, maka dengan sendirinya dia akan mempertuhankan uang, dia akan mempertuhankan kedudukan, dia akan mempertuhankan materi atau harta benda yang dia sangka akan mendatangkan kesenangan dan kepuasan baginya.

Dan jika demikian, dia tidak lebih berharga dari uang, kedudukan, materi, tidak lebih mulia dari segala hewan dan bahkan dia lebih hina dari sayap nyamuk/lalat. Karena dunia siisinya di mata Allah tidak lebih berat di banding sayap seekor lalat. Betapa tidak, semua  hewan meskipun tidak berakal, mereka bisa mencari penghidupan dan bisa mempertahankan keselamatannya dengan senjatanya masing-masing. Bahkan disela kesibukannya mencari penghidupan dan mempertahankan keselamatannya itu. Hewan-hewan itu tetap saja bertasbih mensucikan kepada Sang Penciptanya yakni Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Isro’ 44

 

تسبح له السموات السبع والأرض ومن فيهن، وإن من شيئ إلا يسبح بحمده ولكن لا تفقهون تسبيحهم، إنه كان حليما غفورا

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih

kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,

tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia

adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Kita semua telah diberi akal, oleh sebab itu kita tidak boleh seperti hewan yang tidak diberi akal. Kita telah diberi pedoman hidup yaitu agama, oleh karena itu kita tidak boleh hidup seperti hewan yang tidak diberi pedoman. Kita meski berbeda dengan hewan, karena hewan hidup satu kali, sedangkan kita hidup dua kali. Bahkan para ahli Tasawuf mengatakan bahwa kita manusia sebetulnya akan hidup selamanya. Justru kematianlah yang sementara bagi orang-orang yang sholeh, malah bagaikan istirahat sebentar atau tidur seperti tidurnya pengantin. Setelah itu kita akan hidup terus abadi, tidak ada kematian lagi. Pendeknya kita adalah makhluk yang paling baik dan mulia dan harus tetap pandai-pandai menjaga kemuliaan kita. Jika tidak, maka Allah akan menurunkan derajat kita dari yang termulia menjadi yang terhina.

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Untuk bekal agar dalam hidupnya manusia hanya menyembah dan mengabdi kepada Allah, maka Allah telah memberikan akal kepada manusia. Dan bahkan Allah telah menciptakan dunia dan segala isinya juga untuk manusia. Firman Allah dalam surat Al Baqoroh 29

 

هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Yang harus kita ingat adalah bahwa akal, dunia dan segala isinya itu hanyalah sebagai bekal, sebagai sarana hidup belaka, bukan sebagai tujuan hidup. Sedangkan tujuan hidup yang sebenarnya adalah ibadah untuk menuju kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Dunia ini ibarat pasar yang sebentar lagi akan kukut dan bubar. Oleh karena itu, kita harus belanja yang cukup untuk bekal kita di rumah yang sebenarnya yakni rumah akhirat.

Jika tidak, maka kita akan miskin dan merugi di sana. Dunia ini bagaikan ladang atau sawah, maka kita harus giat menanam tanaman-tanaman yang bermanfaat sekaligus membunuh rumput-rumput dan hama-hama yang merugikan. Jika tidak, maka kita akan menyesal sepanjang masa di rumah yang sebenarnya yaitu Darul Akhiroh.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Adapun belanja tanaman yang bermanfaat bagi kita kelak di akhirat tak lain adalah amal sholeh atau ibadah. Sedangkan amal buruk bukanlah belanja tanaman yang dapat dijadikan bekal, tetapi justru akan menjadi beban yang merepotkan, yang nantinya akan di hisab.

Akhirnya marilah kita berdo’a mudah-mudahan rahmat Allah senantiasa menaungi kita hingga kita selamat di dunia dan bahagia di akhirat kelak, Amin.

 

أًعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وََنَبْلُوَكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH JUM'AT : JANGAN PERNAH TINGGALKAN SHOLAT

Khutbah ini ditulis oleh 
USTADZ M. CHAIDAR HASAN (Ketua MWC NU Bojong Kab. Pekalongan) 



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama