MENDAWAMKAN ISTIGHFAR BERTAUBAT

 

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِى الْكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هَدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Setiap manusia tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan disaat kita melakukan pekerjaan sehari-hari, maka dari itu Allah memerintahkan agar kita segera bertaubat, meminta ampun kepada Allah. Memang sudah sejak semula, makhluk yang bernama manusia sulit terhindar dari yang namanya salah dan dosa. Rosululloh bersabda :

 

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطُّاؤُوْنَ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

“Setiap keturunan Nabi Adam, sering  melakukan kesalahan dan sebaik-baik pelaku kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”

 

Dengan kata lain: orang baik bukanlah orang yang tak punya kesalahan, sebab orang yang seperti itu tidak ada dan itu tidak manusiawi. Tetapi orang baik adalah orang yang segera menyadari kesalahannya apabila ia berbuat salah, kemudian ia jadikan kesalahannya itu sebagai pelajaran untuk tidak diulanginya lagi. Inilah orang-orang yang di gambarkan dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 135:

 

 

والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم  

“Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka”

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Berdasarkan ayat tadi maka sepatutnyalah kita senatiasa men-dawam-kan (selalu) istighfar sebagai pengakuan dhoif dan lemahnya diri kita. Membaca istighfar, merupakan sikap taubat dalam bentuk pengucapan yang bernilai dzikir. Rosululloh sendiri yang sudah nyata-nyata mendapat jaminan ampunan dari Allah atas segala dosa yang terdahulu dan yang akan dating. Akan tetapi Beliau mengatakan :

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوا إِلَى اللهِ فَإِنِّى أَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّاتٍ

“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku sendiri mohon ampunan kepada-Nya seratus kali setiap hari.”

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Jika Nabi SAW masih merasa membaca istighfar, maka kita yang tidak mendapatkan dispensasi (keringanan) ampunan seperti halnya Nabi, tentu kita harus lebih intensif (semangat) lagi membaca istighfar. Sebab dalam satu riwayat disebutkan bahwa iblis pernah berkata:

 

أَهْلَكْتُ النَّاسَ بِالذُّنُوْبِ وَالْمَعَاصِى وَأَهْلَكُوْنِى بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَالاِسْتِغْفَارْ

“Kata iblis: aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan maksiat-maksiat. Tetapi aku takut kalau manusia menghancurkan aku dengan kalimat Lailaha Illallah dan Astaghfiruloh.”

 

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Selain dapat menyelamatkan manusia dari perangkap iblis, bacaan istighfar juga memberikan keuntungan lain bagi orang yang mendawamkan membacanya. Rosululloh bersabda :

 

مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضَيِّقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرْجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبْ

“Barang siapa yang membiasakan membaca istighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar bagi kesempitannya. Memberikan kemudahan bagi kesusahannya dan Allah akan memberikan rizqi dari arah yang tisdak disangka-sangka.”

 

Dari hadits ini kita ketahui bahwa orang yang membiasakan membaca istighfar, Allah akan memberikan kurnia: tiga perkara yaitu :

Dimudahkan urusannya, diganti kegembiraan setiap kesusahannya dan diberi rizqi dari arah yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Sebaliknya bagi orang-orang yang tak pernah membaca istighfar, jangan harap Allah SWT akan memberikan ketiga fasilitas tersebut.

Rosululloh bersabda: “Tanda-tanda orang yang bahagia adalah

1.   Dia selalu ingat akan kesalahan yang pernah dilakukannya. Ingatannya itu merupakan pagar yang mencegah dirinya untuk tidak menambah kesalahan (maksiat).

2.   Dia melupakan kebaikan yang pernah dia lakukan. Jika dia berbuat baik, tidak ia masukkan ke dalam arsip ingatannya. Sehingga ketika ada peluang untuk berbuat baik lagi, ia merasa rugi kalau tidak memanfaatkannya.

3.   Dalam urusan dunia, dia selalu melihat ke bawah, jika dia sengsara, ia melihat ternyata masih ada orang lain yang lebih sengsara. Jika dia miskin, ia melihat orang yang lebih miskin. Jika dia menemukan kesulitan, ia menyaksikan orang yang hidupnya lebih sulit. Dengan begitu pikirannya selalu tenang, hidupnya pun tentram.

4.   Dalam urusan akhirat, dia selalu melihat ke atas. Dalam arti, ia ingin selalu tampil lebih baik dalam beramal ibadah, ingin selalu tampil paling depan dalam فستبق الخيرات,  yakni: berlomba-lomba dalam kebaikan.”

 

Demikianlah, mudah-mudahan kita semua senantiasa memperoleh rahmat Allah. Sehingga kita selamat di dunia, dan bahagia di akhirat, Amin.

 

أًعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


 Khutbah ini ditulis oleh 
USTADZ M. CHAIDAR HASAN (Ketua MWC NU Bojong Kab. Pekalongan) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama