الْحَمْدُ لِلّٰهِ ذِي الْفَضْلِ
وَالإِنْعَامِ، وَفَضَّلَ شَهْرَ رَمَضَانَ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ شُهُوْرِ الْعَامِ،
خَصَّهُ بِمَزِيْدٍ مِنَ الْفَضْلِ وَالْكَرَمِ وَالإِنْعَامِوَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّـدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ
مَنْ صَلَّى وَصَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ ، فَيَاأَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى
فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan
rasa syukur pada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan nikmat yang
tidak bisa kita hitung satu persatu, di antaranya adalah nikmat umur panjang,
sehingga kita bisa menikmati manisnya ibadah di bulan suci, bulan Ramadhan. Di
sisi lain, tidak semua manusia yang dianugerahi nikmat umur panjang, bisa
memanfaatkannya dengan baik untuk ibadah. Masih banyak orang yang memiliki umur
panjang namun tidak dimaksimalkan untuk beribadah malah semakin jauh dari Allah
subhanahu wata’ala. Padahal Allah subhanahu wata’ala telah menegaskan dalam
firmannya bahwa tugas utama manusia diciptakan di muka bumi ini adalah untuk
beribadah, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali
hanya untuk menyembah-Ku”
Sehingga pada bulan Ramadhan ini, marilah kita semakin
meneguhkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menguatkan tekad
untuk senantiasa menjalankan dan meningkatkan kualitas ibadah kita dan memagari
diri kita agar tidak melanggar apa yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Pada Ramadhan ini juga, mari kita bertekad untuk meraih puasa yang penuh kualitas,
bukan ibadah yang hanya sebatas formalitas.
Lalu, ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, seperti apakah
ibadah puasa yang berkualitas itu?.
Perlu kita sadari bahwa kualitas puasa bukan hanya sebatas
bisa menahan lapar dan haus serta mampu menyelesaikan puasa selama satu bulan
saja. Kualitas puasa ini dalam artian mampu memaksimalkan fungsi, keutamaan,
dan manfaat dari puasa untuk mampu meningkatkan kualitas diri serta mampu
memaksimalkan bulan Ramadhan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah kita.
Untuk meraih puasa yang berkualitas, pertama kita harus
benar-benar menata niat untuk ikhlas berpuasa karena Allah subhanahu wata’ala.
Jangan sampai terbersit sedikit pun rasa berat dan terbebani dengan ibadah
puasa ini. Jangan sampai kita berpuasa karena malu dengan keluarga, takut
dengan atasan, atau ingin dipuji oleh orang lain. Jika niatan ini yang ada
dalam hati kita, bisa jadi kita akan mengatakan berpuasa kepada orang lain
namun sebenarnya kita berbohong karena faktanya kita tidak berpuasa. Inilah yang
kemudian bisa kita sebut sebagai puasa formalitas.
Seharusnya datangnya Ramadhan harus kita sambut dengan rasa
senang dan bahagia serta saat menjalankannya pun harus dengan kesungguhan dan
keimanan. Jika hal ini bisa kita camkan pada diri kita, insyaallah kita akan
meraih pahala dan diampuni dosa-doa kita yang telah lalu. Hal ini sesuai dengan
hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim yang
sangat masyhur:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا
نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman
dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.
Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ketika mulai berpuasa, kita juga harus menancapkan tekad
dalam hati untuk bukan hanya sekadar mempuasakan diri dari makan dan minum
saja. Kita harus mampu mempuasakan seluruh anggota tubuh, pikiran dan hati
kita. Mata harus dipuasakan dari pandangan sesuatu yang tercela dan dibenci
syariat serta melalaikan Allah subhanahu wata’ala. Lidah harus dipuasakan dari
berbicara yang tidak bermanfaat, melakukan kebohongan, menggunjing, mengumpat,
berkata buruk, dan menebar permusuhan serta menzholimi orang lain. Tangan harus
dipuasakan dari berlaku dzalim pada orang lain, mengambil hak orang lain, dan
tindakan yang merugikan orang lain.
Mempuasakan anggota tubuh ini sangat berat sekali kita
lakukan, apalagi di zaman modern saat ini, di mana kita sudah hidup di dua
dunia yakni dunia nyata dan dunia maya. Jika dulu, sebelum adanya perkembangan
teknologi internet, khususnya media sosial, orang akan jarang menemukan dan
sulit melakukan hal-hal maksiat di dunia nyata.
Namun di era perkembangan teknologi dan informasi yang pesat
saat ini, di mana dunia sudah berada dalam genggaman, kemaksiatan pun bisa
dilakukan dalam genggaman tangan kita. Mulai dari maksiat mata, mulut, dan
tangan bisa saja dilakukan dengan mudah menggunakan kecanggihan teknologi
internet. Terlebih dengan media sosial yang menjadikan kita merasa bebas untuk
mengungkapkan apa yang ada dalam hati kita melalui jari-jemari kita, sehingga
bisa merugikan dan mendzalimi orang lain. Sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam yang diriwayatkan Imam Ahmad
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ
لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak
mendapat secuil apa pun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus"
Hal ini sangat mungkin bisa terjadi apabila kita tidak bisa
mengendalikan anggota tubuh dengan melakukan dan mengumbar maksiat di media
sosial. Sudah seharusnya waktu yang kita miliki selama Ramadhan ini digunakan
semaksimal mungkin untuk memperbanyak amal shaleh seperti membaca Al-Qur’an,
memperbanyak infak dan sedekah, mendisiplinkan diri untuk shalat lima waktu
secara berjamaah, melaksanakan shalat tarawih dan sejenisnya.
Ma‘asyiral Muslimin rahimakumullah,
Untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa saat ini, marilah
kita juga mengisinya dengan mengasah kepekaan sosial kita dengan membantu orang
yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini karena puasa bukanlah hanya sebatas
formalitas dan ritual ibadah saja. Puasa memiliki berbagai sisi dimensi di
antaranya dimensi teologis vertikal dan sosiologis horizontal.
Sebagai dimensi teologis vertikal, puasa menjadi sarana
mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata’ala untuk meraih predikat takwa
sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.”
Sementara sebagai dimensi sosiologis horizontal, puasa
adalah kawah candra dimuka orang-orang yang beriman dalam melatih diri untuk
lebih peduli dengan kondisi sosial orang lain. Pengalaman diri dengan tidak
makan, minum, dan merasakan lapar adalah bentuk latihan fisik dan psikis agar
kita bisa merasakan bagaimana rasanya saudara-saudara kita yang mengalami
kesulitan sekadar hanya untuk makan dan minum.
Kedua dimensi puasa ini selanjutnya akan menjadi indikator
keberhasilan puasa kita, yang kemudian juga akan terlihat pasca-Ramadhan ini.
Kita bisa lihat nanti setelah madrasah Ramadhan ini. Apakah kita akan menjadi
lulusan yang memiliki kesalehan spiritual dan sosial melalui puasa yang
berkualitas? Atau apakah kita akan sama saja bahkan malah mengalami kemunduran
spiritual dan sosial karena puasa yang hanya sebatas formalitas?.
Mudah-mudahan puasa ini mampu menjadi media transformasi dan
mampu mendidik kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang paripurna di sisi Allah
subhanahu wata’ala. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهُمَّ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا
وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ
يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ
وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ
وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ
بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ
Posting Komentar