الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى كَتَبَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ وَسِيْلَةً لِلتَّقْوَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُهْدِيْنَا إِلَى سَبِيْلِ السَّعَادَةِ الْقُصْوى. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الدَّعْوَةِ وَالإِرْشَادِ وَالْفَتْوَى. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَا أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ: أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

 

Kaum Muslimin Rahimakumullah . .

Sebuah kemenangan dalam pertempuran panjang dan melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun, pertempuran melawan musuh-musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan kita.

Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan. Inilah kemenangan terbesar, kemenangan utama yang akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam semua kancah kehidupan dunia yang kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk memenangkan semua pertarungan yang kita hadapi dalam hidup ini.

Insya Allah selama sebulan penuh nanti kita berada dalam bulan suci, bulan penuh keberkahan dan nilai. Bulan yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan memanfaatkan waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu shalat, yang barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat.

 

Dalam bulan Ramadhan kita di didik untuk menghargai dan disiplin dengan waktu. Al-Qur’an yang kita baca mengisyaratkan pentingnya waktu bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu.

Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia-manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.

 

Kesemua itu untuk memenuhi janji kita :

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kekurangan, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini diakibatkan karena orientasi (jiwa pemikiran) hidup manusia modern sekarang ini yang hanya memandang materi sebagai satu-satunya ukuran dan satu-satunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela menghalalkan segala cara.

 

Ramadhan sebagai bulan latihan/pendidikan, dengan disyariatkannya puasa selama sebulan agar sebelas bulan sisanya, kita dapat menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Suasana spiritual yang dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar dapat kita raih dan kita jaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ

Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”

Karena itu, Ramadhan diharapkan dapat memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari sikap, perilaku, dan pedoman dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Dari sekarang, kita semua berupaya untuk menjadikan Ramadhan sebagai bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan yang akan mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik.

 

Ada beberapa hal untuk membangun optimisme dalam diri kita.

Pertama, Husnudzan kepada Allah.

Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah, harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah, termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Setiap muslim seyogianya selalu menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena ketentuan Tuhan-nya, dan ia selalu menatap semua ujian itu dengan senyum.

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di akhirat, akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.

 

Kedua, Tidak putus berdoa.

Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah. Dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.

 

Seyogianya banyaknya musibah, malapetaka, krisis ekonomi yang berkepanjangan, krisis kepercayaan, moral, pemerintahan yang lemah, tekanan untuk menghancurkan iman atau bangsa kita begitu kuat.

Adanya pihak-pihak yang menginginkan kehancuran negeri ini kita harus yakin dengan seyakin-yakinnya, untuk terus berdoa, memohon kepada yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Meminta kepada Yang Maha Pengasih, Maha Pemberi, Maha Mengabulkan segala doa agar negeri ini, negeri kita ini, Indonesia; dijauhkan dari kehancuran…dan dijadikan sebagai negeri aman sentosa di bawah naungan serta ridho-Nya.

 

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat. Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.

أًعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama