Khutbah jumat
Pancasila dan kebinekaan dalam al qur’an
الْحَمْدُ لِلّٰه رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ
نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ
اْلأَمِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ
تَعَالَى وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ
وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى
شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah Menjadi insan yang bertakwa kepada Allah swt merupakan
harapan dan keinginan setiap individu umat Islam. Dengan ketakwaan, kita akan
senantiasa terjaga dari segala hal yang dilarang Allah dan memiliki tekad kuat
untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya. Oleh karenanya pada kesempatan
yang mulia ini, mari kita senantiasa menguatkan dan meningkatkan ketakwaan
kepada Allah. Takwa merupakan indikator apakah kita akan dimuliakan oleh Allah
atau tidak.
Allah
berfirman: اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ Artinya:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa.” (QS Al Hujurat: 13).
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah, Selain meningkatkan ketakwaan, kita juga diperintah
untuk senantiasa mensyukuri anugerah yang telah dilimpahkan dalam hidup kita.
Alhamdulillah, kita hidup di Indonesia. Sebuah negara sejuk dan indah yang
berada di tengah garis Katulistiwa. Sebuah negeri yang sangat kaya dengan
beragam suku, bangsa, budaya, bahasa, dan agama. Syukur yang mendalam juga
harus kita panjatkan kepada Allah swt karena di tengah keberagaman ini, kita
juga masih bisa hidup damai, menjalankan segala aktivitas kehidupan sehari-hari
serta dapat berbaur dalam perbedaan-perbedaan yang ada. Ini semua merupakan
karunia yang luar bisa dan tak ternilai harganya serta patut kita syukuri
sehingga kita berharap Allah akan menambah lagi kenikmatan sebab kita
mensyukurinya. Semua nikmat damai yang kita rasakan saat ini, tidak terlepas
dari perjuangan para pendiri bangsa yang telah meletakkan pondasi kuat untuk
menjadi landasan Negara kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya, kita juga
harus senantiasa bersyukur dan berterimakasih kepada para pendahulu kita dengan
berusaha sekuat kemampuan untuk mempertahankan kemerdekaan dan perdamaian
sehingga bisa terus terwujud di negara ini. Ungkapan syukur kepada para pendiri
bangsa ini selaras dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
:
وَمَنْ لَا
يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللهَ
Artinya: “Barang siapa yang tidak bersyukur kepada
manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah."
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di antara kado
istimewa yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa Indonesia adalah
hadirnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Dengan ideologi
yang menjadi dasar negara, Pancasila mampu menyatukan keragaman yang ada dengan
lima sila yang ada di dalamnya. Jika dipahami secara mendalam, kelima sila yang
ada dalam Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip dasar agama
Islam. Bahkan sila-sila yang ada dalam Pancasila selaras dengan firman-firman
Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an. Sila pertama yakni “Ketuhanan yang Maha
Esa” selaras dengan firman Allah yang menegaskan keesaanNya dan memuat
kandungan ketauhidan atau At-Tauhid.
Hal ini selaras dengan Al-Qur’an Surat Al-Ikhlas
ayat 1 :
: قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah,
Yang Maha Esa.” Selanjutnya sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” juga
termaktub dalam Al-Qur’an yang berisi kandungan kemanusiaan atau Al-Insaniyyah.
Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 135 :
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ
وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَۚ اِنْ يَّكُنْ
غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى
اَنْ تَعْدِلُوْا وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah
kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu
sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa)
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.” Kemudian
sila ketiga “Persatuan Indonesia” adalah sila yang memuat prinsip-prinsip
integrasi dan persatuan atau Al-Wahdah. Allah pun telah menegaskan persatuan di
tengah perbedaan ini dalam Al-Qur’an yang termaktub dalam surat Al-Hujurat ayat
13 :
يٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا
وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ
اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” Adapun sila
Keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” mengusung nilai-nilai kebersamaan dan musyawarah
atau Al-Ijma’. Terkait dengan permusyawaratan ini, banyak disebutkan dalam
ayat-ayat Al-Qur’an yang salah satunya adalah dalam Surat As-Syura ayat 38 :
وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا
الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,” Dan terakhir, sila kelima
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” memuat misi untuk mewujudkan
keadilan atau Al-Adalah. Prinsip keadilan ini termaktub dalam surat An-Nahl
ayat 90 :
اِنَّ اللّٰهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia
melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Dari apa yang sudah dipaparkan ini, sudah semestinya kita
semakin mencintai Pancasila sebagai ideologi bangsa yang telah menyatukan keragaman
yang ada di Indonesia. Kita harus bersama-sama mempertahankan eksistensi
Pancasila dari upaya-upaya pihak yang ingin menggantinya dengan ideologi lain
dan bisa mengancam perdamaian dan kebinekaan Indonesia. Kita pun harus terus
menanamkan dan mewariskannya pada generasi penerus sehingga Indonesia akan
senantiasa abadi. Semoga Allah senantiasa melindungi Indonesia agar tetap damai
dan selalu kompak menjaga kebersamaan dalam kebinekaan. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ.
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى
اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ
الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا
بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ
سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ
نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ
تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا
يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ
سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا
اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ
النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Oleh : Rofius Tsana (
ALUMNI LIRBOYO Tahun 2016 )
Posting Komentar